CIANJUR ll WartaPolitan – Kedua Warga Kampung Cinangsi, Desa Kertamukti, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur dan warga Kampung Citembong, Desa Margaluyu, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat (KBB) ingin akses jembatan penyebrangan sungai Citarum. Pasalnya jembatan gantung yang ada kondisinya sudah semakin memprihatinkan.
Informasi yang berhasil dihimpun, padatnya gulma eceng gondok di permukaan sungai Citarum menghambat laju perahu mesin yang sudah tidak biasa lagi digunakan warga sebagai antar transportasi antar wilayah tersebut.
Sejak dulu, warga dari kedua wilayah tersebut menggunakan rakit atau perahu mesin tempel kurang lebih 200 meter jarak untuk menyebrang ke pasar Ciranjang atau Cipeuyeum, mengakses layanan kesehatan, serta untuk keperluan pendidikan. Namun kini, padatnya eceng gondok di aliran sungai membuat perahu sering mogok di tengah jalan, memperlambat bahkan membahayakan perjalanan warga.
Kepala Desa (Kades) Kertamukti, Cepi Agustina, berharap agar pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten segera merealisasikan pembangunan jembatan gantung sebagai solusi permanen bagi warga dua kabupaten tersebut.
“Memang apabila dibangunkan jembatan gantung itu, akan sangat bermanfaat bagi warga. Akses jalan satu-satunya saat ini sangat rawan dan menghambat kegiatan warga, terutama pendidikan dan kesehatan. Di seberang sungai terdapat SMPN 3 Haurwangi, dan banyak siswa dari KBB yang menempuh pendidikan di sana. Jika harus menyeberang dengan perahu terus-menerus, selain lambat juga sangat berisiko,”kata Cepi Kamis (10/7/2025).
Cepi mengatakan bahwa aspirasi ini, sudah lama disuarakan oleh warga dari kedua desa, dan ia berharap Gubernur Jawa Barat dapat memperhatikan kondisi tersebut sebagai kebutuhan mendesak yang menyangkut keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
“Saya mewakili masyarakat Desa Kertamukti dan Desa Margaluyu memohon kepada Gubernur Jawa Barat serta pihak terkait lainnya agar bisa mewujudkan pembangunan jembatan gantung ini. Ini bukan sekadar keinginan, tapi kebutuhan utama warga demi menunjang aktivitas sehari-hari,” tegasnya.
Hingga saat ini, kata Cepi kedua warga masyarakat berharap, dengan terbangunnya jembatan penghubung tersebut. “Memang akses antara kedua wilayah akan menjadi lebih mudah, aman, dan cepat, serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kualitas pendidikan, dan pelayanan kesehatan masyarakat di perbatasan Kabupaten Cianjur dan KBB," ujarnya.
Salah satu warga Desa Margaluyu, Toto (47) mengaku bahwa masyarakat setempat sangat membutuhkan akses jembatan karena selama ini mereka hanya bisa menyeberangi Sungai Citarum menggunakan perahu bermesin atau rakit (bargas).
“Hampir setiap hari warga dari KBB nyebrang ke Cianjur, terutama ke pasar Ciranjang untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Ongkos naik perahu satu kali 10 ribu rupiah, jadi kalau pulang-pergi bisa sampai 20 ribu. Cukup berat kalau setiap hari seperti itu,” ungkap Toto, saat ditemui usai mengantar istri dan anaknya berbelanja ke Cianjur.
Toto menambahkan, penggunaan perahu kerap terkendala oleh padatnya eceng gondok yang tumbuh di permukaan sungai, sehingga membuat perjalanan terhambat dan menyulitkan warga.
“Kalau lagi banyak eceng gondok, perahu bisa mogok, susah nyebrangnya. Apalagi sekarang makin banyak anak-anak sekolah yang setiap hari harus ke Cianjur. Makanya kami ingin sekali ada jembatan gantung, biar lebih mudah dan aman,” tambahnya.
Warga berharap pemerintah baik dari tingkat kabupaten, provinsi, maupun pusat dapat memperhatikan aspirasi mereka. "Jembatan gantung dinilai sebagai solusi efektif dan mendesak untuk menghubungkan dua wilayah kabupaten yang aktivitas warganya saling bergantung,"pungkasnya.** Deri Lesmana**
0 Comments